Minggu, 12 Juni 2016

MAKAM SUNAN DRAJAT WISATA RELIGI UNTUK MENDEKATKAN DIRI KEPADA ILAHIROBI

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan. Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam ia menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi.

Makam Sunan Drajat dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Makam Sunan Drajat ini berada pada bukit dengan dikelilingi pepohonan yang luas. Di area Makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara gratis, agar mempermudah pengenalan sejarah budaya bagi dunia pendidikan. Pada umumnya pengunjung Makam Sunan Drajat ini adalah wisatawan nusantara. Selain itu juga sering didatangi wisatawan dari berbagai daerah di Asia tenggara. Dan pemerintah Kab. Lamongan telah memberikan berbagai fasititas antara lain : tempat parkir, masjid, rumah makan dan minum, serta tempat beristirahat dan kamar mandi untuk mempermudahkan bagi para peziarah di Makam Sunan Drajat.

tak hanya itu sunan drajat juga memberikan filosofi dalam pengentasan kemiskinan yang kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu) 
Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita).

0 komentar:

Posting Komentar

 

Potensi Kabupaten Lamongan Template by Ipietoon Cute Blog Design